Welcome blog Mba Nana

Diario Area | Diario Travel | Diario Outfit | Diario Love | Diario Diario

Jumat, 23 Maret 2018

What is friends for?



Dulu jamannya baru pindahan rumah dan jadi warga baru tanpa kenal keliling sekitar, ibu nyuruh buat kenalan sama anak-anak yang lagi main sama temen-temennya disekeliling rumah. "sana kenalan biar ada temen!" begitu katanya. Tapi gue masih tetep enggak berani untuk deketin mereka. Sampai akhirnya ibu nganter gue, nyodorin gue ke mereka seolah gue bagai barang sogokan "ini kenalan sama temennya, ajak main yaaa" kata ibu begitu ke mereka, terus ibu pergi balik lagi kerumah. Gue ditinggal sendirian. Diem. Ngeliatin mereka aja. Karena bingung alhasil gue ngekor mereka kesana kemari, cuma sekedar mengikuti kemana arah mereka tanpa suara yang keluar dari mulut dan cuma diem aja. Lalu kenalan sampai akhirnya pun jadi main bareng dan sampai lama jadi kebiasaan buat main bareng terus terusan. 

Umur semakin menambah, kualitas anak baru gede gue semakin menjadi. Keinginan buat menghabiskan waktu lebih banyak bareng teman-teman semakin meningkat dengan tujuan supaya ada kerjaan dan supaya perasaan jadi senang. Enggak dipungkiri, main bareng temen-temen itu bisa bikin senang. Semakin naik lagi umur, gue Sma, disitulah gairah untuk bermain semakin meningkat. Gaya hidup nongkrong disering-seringkan karena kebawa sama peradaban kalangan anak masa kini yang ditenarkan melalu media sosial. Nongkrong cuma pergi ke suatu cafe, cafe biasa yang penting menjual makanan dengan kualitas harga murah. Makanan enak menjadi satu pegangan untuk nongkrong menghabiskan waktu malam sampai jelang tidur. Itu terjadi saat remaja. Sebahagia itu rasanya. Enggak nongkrong aja, kerumah teman juga pula. Banyak waktu dibuang hanya untuk teman-teman tercinta dengan tujuan menghabiskan waktu dan supaya gue merasa bahagia. 

Menjelang kepala dua, teman satu persatu menghilang. Bukan ditelan bumi. Ada yang menikah dan sibuk sama urusan rumah tangga, ada yang sibuk mencari uang, ada yang sibuk sama dunianya. Mau meminta sedikit waktu dari teman rasanya susah. Ada yang diajak bertemu tapi justru lebih memilih pertemuan dia dengan kekasihnya. Sakit. Ada yang diajak bertemu tapi menolak dengan sejuta alasan. Perih. Pingin bahagia tapi bingung karena gak ada obyek supaya bisa bahagia. Memang teman obat paling ampuh untuk jadi amnesia sesaat tanpa beban hidup. Jadinya, menghabiskan waktu dipakai dengan teman yang memang satu bidang kala itu. Teman yang masih proses adaptasi bukan dengan sahabat-sahabat yang dulunya selalu bersua bersama kala malam hari hingga jam tidur dimulai.

Hingga kini dunia semakin terlihat bahwa seisinya itu adalah suatu politik. Melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan sesuai apa yang diinginkannya. Teman mendekati, teman membina obrolan baik, teman merangkul, teman memeluk, teman berjabat, kini semuanya sudah ada artinya. Bukan semata wayang tujuan tulus. Mendekati supaya bisa membantu koneksi, mendekati supaya bisa bertemu karena dilanda galau dan butuh pertolongan obat amnesianya, mendekati karena ada yang ingin dicari tahu, mendekati karena bisa membantu dari apa yang dibutuhkan si pendekat. 

Rasa polos yang dirasa waktu kecil mendekati teman dengan tujuan 'supaya punya teman' kini sudah bukan itu lagi alasannya. Melainkan mencari teman untuk 'jaringan koneksi yang bisa membantu', ya dunia semakin berpolitik. Bila memang laksana tak bisa membantu, tak diperlukan kembali, dijauhkanlah, disudahkanlah karena memang tak bermutu untuk dijalin tali silaturahminya. Sudah kodrat seperti ini mungkin? Lalu kepada siapa dapat menyandarkan kebahagiaan hidup? Cukup dengan bersyukur tak berharap atas apapun terlebih harapan pada teman seperti harapan masa kecil dulu. Bersyukur hanya sedikit saja dosisnya tapi efek nya jangka panjang.

Cukup bersyukur tanpa meminta lebih atau mengandalkan teman menjadi sandaran. Selain daripada teman adalah obat paling ampuh untuk melupa beban hidup, puncaknya teman juga alkohol kecewa yang dirasa paling perih. Cukup. Tak perlu berharap lebih. Karena sakit rasanya.

So, what is friends for? 


Minggu, 11 Maret 2018

Casual Pose Photoshoot at Eternity Costudio


Hai semua! Pingin bilang kayak biasanya seperti "Hai gengs!" Tapi males semenjak ada orang yang suka ngikutin cara panggilan khas mba nana ini. Yang jelas bukan teman-teman blog karena teman-teman blog punya karakternya sendiri huehehe. Emang gak enak ya kalo di ikutin, tapi sejujurnya gue juga ngikutin host di tv dengan manggil 'gengs' sih huehehe jadi pointnya sesuatu yang mengikuti akan dibalas dengan diikuti juga sama orang lain. Ah hukum kurma eh karma! 

Sekitaran bulan lalu tepatnya bulan februari gue di calling buat bantuin temen yang memang 'job sambilan' dia sebagai tukang foto atau bahasa kece nya photographer uhhhh gak serem gak kece gak kere keren, biasa aja gengs! Dia calling gue buat minta bantuan pegang kabel berpose-pose ria. Jadi begini...

Eternity costudio adalah studio dengan kebanyakan tema jepang didalamnya, tapi karena sudah berdiri cukup lama, seiring berjalannya waktu eternity jadi enggak cuma jejepangan aja, bisa masuk banyak konsep foto didalamnya. Sampai ada anak-anak yang magang di studio eternity itu, dan teman gue adalah kang foto nya yang sesekali harus memberi ilmu ke si anak magang entu. Dia calling gue bukan buat jadi mba pegang kabel, tapi buat bergaya normal seperti umumnya orang waras aja, lalu dijepret. Dan si kang foto ini yang ngajarin penjepretan dari segala liku-likunya ke si anak magang. Ngasih pendidikan gitu deh.

Hari foto tiba, gue datang, ganti baju buat dijepret, lalu disuruh masuk keruangan touch up. Ah gue cinta ruangan dandan! Sepanjang ujung cermin ada lampu-lampu yang dipasang, gue yang biasanya selalu terlihat dekil kumel and the cute tapi kini jadi jelita bersih tanpa jerawat. Terus gue dandan sendiri dengan bahagianya. Bener-bener bahagia!

Gue kira fotonya berkonsep, ternyata biasa saja. Baju alakadarnya tanpa embel-embel dan berpose tanpa lika liku. Yang jelas kang foto dan gue sembari memberitahu ke anak-anak magang pelajaran atau tips yang baik untuk melakukan photoshoot dalam versi kita. Mungkin kalau dari kang foto mengajari cara mengatur-atur kamera supaya hasilnya bisa terbilang sempurna. Sedangkan gue mengajari hal-hal koreo gaya dalam berpose supaya kelihatan bagus saat di jepret. 



Gue juga memberitahu ke anak-anak magang tips supaya model kelihatan berkelas di dalam kamera adalah dengan berpose 'tanpa menutupi jenjang lehernya' berbeda lagi dengan yang berhijab, kalau no hijab, usahakan jenjang lehernya terlihat. Karena jenjang leher itu seperti lekuk dari keindahan bodyshape. Karena kalau tertutup, jelek aja gitu dilihatnya. Boleh dicoba dirumah agan-agan sekalian. 

Selanjutnya gue cuma ngejalanin pose natural aja tanpa embel-embel komentar yang benar berkonsep. Judul dari foto dibawah 'let it flow', semacam natural hidup, belajar menghargai penerimaan, ikhlas untuk segalanya. Ah lagi-lagi pikiran gue berangan-angan. 



Ngajarin anak-anak magang bagai 'gue yang jadi gurunya' yang selalu dilihatin mulu kemanapun gue berdiri, gue bicara sehelai pasti mata mereka selalu mengarah ke gue tanpa kedipan. Dan gue merasa, mereka menghargai gue ketika gue membeberkan tips. Walaupun mungkin yang mereka rasakan lagi nahan kantuk berat, lagi bete dengerin ocehan mulu, lagi nahan laper, lagi nahan boker kapan kelarnya, yah seperti yang pernah gue rasain waktu jadi siswa maupun mahasiswa deh.

Tapi, perasaan yang gue dapet ialah gue jadi merasa senang karena petuah embel-embel dari yang gue bicarakan juga mereka butuhkan. Ah bahagianya jadi guru sesaat! Nah sebelum udahan, karena gue orangnya suka ngajak foto bersama supaya kelihatan bahagia di foto, kita pun foto. Foto bersama bisa berguna untuk laporan karya tulis hasil magang dan bisa buat kenang-kenangan di album. Perkenalkan...
satu lagi. lupa akun



Sedikit gambaran cuplikan gue kemas dalam video dibawah. Cekindot ya! :)






Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Fransisca Williana Nana
Lihat profil lengkapku

Followers

total human

Popular Posts